Kita tahu bahwasanya negara kita
adalah negara yang beragam kan nah salah satu keberagamannya adalah seni musik
yang berkembang di negara kita. Kali ini yang saya bahas adalah seni musik dari
Nusa Tenggara Timur yang memiliki alat musik yang unik-unik tapi sayangnya
terlupakan oleh waktu.
HEO
Alat Musik Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ] Yang Bernama HEO
Ini, Adalah Sebuah Alat Musik Gesek Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ].
Alat Musik Tradisional HEO Ini Adalah Alat Musik Gesek Tradisional Khas NTT
Yang Berasal Dari Daratan Pulau Timor, Tepatnya Adalah Alat Musik Tradisional
Khas Suku Dawan Timor.
Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini, Terbuat Dari Kayu, Sedangkan
Bagian Yang Digunakan Sebagai Penggeseknya Terbuat Dari Ekor Kuda Yang Telah
Dirangkai Menjadi Sebuah Ikatan Pada Kayu Penggesek Yang Berbentuk Seperti
Busur
Dawai Dari Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini Terbuat Dari Usus
Kuskus Yang Telah Dikeringkan. Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini Mempunyai 4
Dawai, Dan Masing-Masing Diberi Nama :
- Dawai 1 [ Paling Bawah ] Tain Mone, Artinya Tali Laki-Laki
- Dawai 2 Tain Ana, Artinya Tali Anak [ Kecil ]
- Dawai 3 Tain Feto, Artinya Tali Perempuan
- Dawai 4 Tain Ena, Artinya Tali Induk
Dawai Pertama Bernada Sol, Dawai Kedua Bernada Re, Dawai Ketiga Bernada
La Dan Dawai Keempat Bernada Do.
Foy Doa
Alat musik tradisional FOY DOA, adalah nama sebuah alat musik
tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ], yang berasal dari pulau Flores, lebih
tepatnya lagi berasal dari Kabupaten Ngada.
Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena
tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy
Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng
dua atau lebih.Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam
permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran. FOY DOA terdiri dari
2 atau bisa saja lebih suling yang digandeng dan dalam memainkannya digunakan
secara bersama-sama.
Sistem penadaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah
nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera
si pemain musik Foy Doa. Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik
Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha
ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge, yang artinya kami harus rajin
bekerja agar jangan kelaparan. Cara Memainkan, Hembuskan angin dari mulut
secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri
menutup lubang suara.
Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan seara
sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan
alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba
Toka. Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring
musik Foy Doa.
Foy Pay
Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi
lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa. Dalam perkembangannya waditra
ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy
Pai : do, re, mi, fa, sol.
Knobe Khabetas
Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah,
salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah,
dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik
dengan jari. Merupakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi
berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat musik
seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun
atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian. Selain
digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara
adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan
tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi
tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat
(Napoitan Li'ana)
Knobe Oh
Nama alat musik yang terbuat dari kulit bambu dengan ukuran panjang
lebih kurang 12,5 cm. ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan bambu
yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya, sehingga dapat berfungsi
sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal ujungnya ditarik dengan untaian
tali yang terkait erat pada pangkal ujung tersebut maka timbul bunyi melalui
proses rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator.
Prere
Alat bunyi-bunyian ini terbuat dari seruas bambu kecil sekecil pensil
yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup,
tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruas bagian bawah
dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas,
sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga
menyerupai orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya.Alat musik ini
selain digunakan untuk hiburan pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik
gong gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang
dihasilkan adalah do dan re, sehingga nama alat ini.
Leko Boko / Bijol
Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu
(bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah
dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada
Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk
pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu
pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini
Lelo berperan sebagai pembei harmoni, sedangkan Heo berperan sebagi pembawa
melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi (Filter) Nyanyian-nyayian pada
masyarakat Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang
kejadian-kejadian yang telah terjadi pda masa lampau maupun kejadian yang
sedang terjadi (aktual).Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semacam
musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.
Sowito
Merupakan seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang
kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini
berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar
jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn
satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah
sesuai kebutuhan.
Mendut
Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas
bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu
dibiarkan, namun salah satunya dilubangi.
Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan
ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit
bambu yang kemudian diganjal dengan batangan kayu hingga berfungsi sebagai
dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul
dengan kayu kecil.
Ketadu Mara
Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri
dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula
dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk halus.
terima kasih telah mempublikasikan kekayaan NTT. salam damai :)
BalasHapussangat membantu riset saya untuk bahan novel
BalasHapusTerima kasih atas tulisan ini. Setidaknya ada dua alat musik yang masih saya bisa saya mainkan, He'o dan Bijol. Dan tulisan ini memupuk cinta saya atas dua alat-alat musik tradisional yang hampir terlupakan itu. Sekalian saya minta ijin untuk menulis ulang khusus tentang alat musik tradisional dalam masyarakat Dawan. Terima kasih banyak.
BalasHapustolong anda masukkan sumber dari informasi ini, karna ini merupakan buah tulisan dari website taman budaya NTT, sebagai bentuk etika...terima kasih
BalasHapusIni penjiplakan karya orang lain
BalasHapusTAMAN BUDAYA NTT.
Harus ada KLARIFIKASI ☆